14/08/09

MENSYUKURI ANUGERAH

__Bismillahirrohmanirrohiim, Alhamdulillah/Syukur kepada Allah SWT, Subhanallah/Maha Suci Allah SWT, Astaghfirullah/Minta Ampun kepada Allah SWT dan Laa ilaaha illallah/Mengesakan Allah SWT. Itulah kata-kata yang selayaknyalah kita ucapkan ketika kita memulai dan masih diberikan kesempatan untuk memulai hari-hari dalam hidup ini. Insya Allah kita diberikan petunjuk dan kemudahan dalam memulai dan mengakhiri kegiatan hidup kita di dunia.

__Tidakkah kita menyadari ketika kita masih merasakan kembali dapat terbangun dari tidur kita pada pagi harinya itu berarti kita diberikan kesempatan untuk kembali melihat dunia dan diberikan kesempatan untuk berbuat yang terbaik bagi hidup kita. Untuk itu sepatutnyalah hati ini senantiasa bersyukur atas pemberianNya yang datang tanpa kita minta dan pergipun tanpa kita ketahui dan kehendaki. Namun yang pasti adalah kesempatan/anugerah yang diberikan berupa hidup ini adalah sebuah tantangan bagi kita untuk menjadi yang lebih baik ke depannya. Sebagaimana Hadist Nabi SAW, yang menyebutkan bahwa mereka yang terbaik adalah mereka yang senantiasa berguna bagi yang lain/berlomba dalam kebaikan. Insya Allah, kita menjadi orang yang dimaksudkan dalam hadist tersebut.

__Dalam kaitan untuk meraih kebaikan/hikmah hadist di atas, yakni apabila kita dapat menyadari beberapa anugerah yang telah kita peroleh. Salah satunya adalah bagaimana kita mensyukuri anugerah yang selalu mengawali keseharian kita ketika kita baru saja terbangun dari istirahat tidur sebelum kita melakukan aktifitas yang berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar/lainnya antara lain dengan tetangga, lingkungan kantor, lingkungan alam, dsb yakni anugerah reflektif/otomatis seperti gerakan yang dikenal dengan istilah "ngulet" atau "merenggangkan tubuh kita" setelah semalaman kita beristirahat. Secara tidak kita sadari gerakan ngulet ini bermanfaat bagi penggunaan organ-organ tubuh kita selanjutnya agar lebih lentur dan kitapun merasa ringan untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Coba bayangkan apabila rasa "reflek ngulet" itu tidak dapat dilakukan oleh kita, badan ini akan terasa pegal-pegal. Hal ini merupakan anugerah yang memang secara alami didapat oleh kita, tidak hanya manusia tapi juga untuk makhluk hidup lainnya, yang bersifat reflek/otomatis. Sementara ada hal lain yang juga mempunyai kekuatan dan lebih dikatakan sebagai anugerah aplikatif yang harus dilakukan dengan segenap rasa dan akal kita, yakni rasa ingin dan melakukan kegiatan berbenah dan bebersih diri, seperti mandi dan membersihkan tubuh kita, sehingga tubuh dan pikiran pun menjadi segar. Kedua kegiatan ini harus dilakukan oleh manusia sendiri agar manusia itu mempunyai keseimbangan di dalam menata kegiatan hidupnya ke depan. Untuk makhluk lain seperti hewan anugerah itu lebih dikatakan anugerah naluriah.

__Anugerah-anugerah di atas yang telah diberikan oleh Allah SWT tadi yang dalam bahasa kami, kami golongkan sebagai pembelajaran diri yang bersumber dari interaksi internal/internal interaction knowlegde dari jiwa, pikiran dan tubuh kita bagi anugerah reflektif/alamiah, dan pembelajaran diri yang bersumber dari interaksi eksternal/external interaction knowlegde dari jiwa, pikiran dan tubuh kita bagi anugerah yang bersifat aplikatif/ilmiah dengan segala yang secara sunnatullah telah dihamparkan oleh Allah SWT sebagai upaya pembelajaran yang di dalamnya terdapat aspek pendidikan jasmani dan rohani bagi manusia yang bermanfaat dan berada pada diri kita dan juga pada lingkungan sekitar kita.

__Sebagai lanjutan dari pembelajaran lingkungan internal diri pribadi kini kita dituntut untuk mengambil pelajaran dari lingkungan sekitar kita/eksternal interaction. Dalam lingkup ini, anugerah alamiah/semi alamiah yang kita rasakan seperti merasakan kesegaran hawa/menghirup udara oksigen yang bersih dari alam sekitar yang masih bersih. Sementara anugerah ilmiah kita pun dapat rasakan dan temui dengan banyaknya perkembangan yang terjadi di berbagai bidang kehidupan manusia antara lain pendirian bangunan yang megah dan menjulang tinggi dengan estetika yang sesuai dengan kondisi alam dll seperti tergambar pada bangunan-bangunan fisik modern pencakar langit yang saat ini menghiasi pemandangan perkotaan di berbagai belahan dunia.

__Dalam menyikapi perkembangan ke dua anugerah ini perlu diwaspadai terhadap hal yang dapat merusak upaya manusia untuk mengapresiasi anugerah-anugerah di atas, yakni adanya respon manusia yang berbeda terhadap perkembangan yang dikelompokkan sebagai perkembangan alamiah ataupun perkembangan yang ilmiah. Kedua perkembangan ini seringkali memunculkan kecenderungan gaya hidup dan pemikiran yang cenderung bertolak belakang, satu perkembangan bisa bermuara kepada kesemuan/nihilisme hidup dan satu perkembangan mengarah kepada keberhasilan hidup di dunia dan di akhirat, apakah gaya hidup yang hedonis/suka berhura-hura atau gaya hidup yang "proportionate dan naturalis". Sebagaimana dirasakan bahwa perkembangan hidup yang didasarkan pemikiran yang naturalis/yang secara alamiah cenderung menuntun manusia untuk menjalani hidup yang sangat ramah dengan lingkungan/dekat dengan lingkungan sementara pemikiran yang ilmiah cenderung menuntun manusia untuk lebih mengutamakan rasio/akal semata sehingga cenderung meninggalkan hati nurani dan merusak keseimbangan antara daya dukung alam lingkungan terhadap kebutuhan proporsional manusia.

__Pada dasarnya, pada kedua perkembangan ini terdapat benang merah yang dapat menjadi suatu sinergi positif yang berfungsi sebagai jembatan penghubung yang berguna untuk menghindari sikap penafikkan antara pemikiran yang satu dengan yang lain. Benang merah ataupun jembatan penghubung itu pun adalah sebuah hikmah dari suatu sunnatullah/ketetapan Sang Pencipta di dalam perbedaan yang ada di dunia ini, yang sangat berperan di dalam memunculkan suatu pemikiran yang bersifat konstruktif positif dan mengarahkan perbedaan-perbedaan pemikiran yang terlahir dari lingkungan yang tradisionalis dan pemikiran yang terlahir dari lingkungan yang rasionalis. Pertemuan dari kedua pemikiran ini berperan dalam menghindarkan benturan ke dua perbedaan pemikiran.

__Munculnya pemikiran yang konstruktif-positif ini tidak lain terlahir dari sebuah kesadaran untuk melihat perbedaan dalam cara berpikir itu menjadi kekayaan yang dapat saling memperkuat dan memperindah satu satu sama lain. Tidak bisalah manusia yang dikatakan berpikiran rasional itu lebih maju lantas seenaknya menggunakan daya topang sumber daya alam/bumi yang terbatas ini tanpa mempertimbangkan aspek naturalis yang menjadi dasar pemikiran para tradisionalis. Begitupun sebaliknya, sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan kapasitas/ daya alam di dalam menopang kebutuhan manusia itu sendiri. Hal ini disebabkan kadar/potensi alam adalah sebuah keterbatasan dalam konteks keseimbangan alam sementara daya akal manusia sendiri tidaklah dapat dipastikan tanpa dibarengi oleh suatu kesadaran untuk senantiasa mensyukuri sebuah pemberian yang bersifat reflektif dan pemberian yang bersifat aplikatif sebagaimana dikemukakan di atas. Sebagaimana manusia itu dapat mensyukuri dari sebuah anugerah yang bersifat reflektif berupa reflek gerak "mengulet/merenggangkan tubuh" tadi seiring dengan rasa syukurnya ketika manusia itu dapat mengambil hikmah dari anugerah aplikatif yang diwujudkan dari suatu rasa atau keinginan dan akalnya untuk membersihkan anggota tubuhnya sehingga tubuhnya menjadi bersih dan pikiranpun segar. Dengan menyadari kedua anugerah itu adalah sebuah kekuatan yang sangat bermanfaat guna mendorong hati untuk lebih bersyukur atas segala pemberian dari Sang Khalik kepada kita hambaNya. Wallahu'alam bishawab.

(by
M.Amar Ma'ruf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar